skip to main |
skip to sidebar
Kisah Pak Piet Pagau di Tanah Papua
Kisah ini diambil dari pengalaman hidup Pak Piet Pagau, beliau menuliskan cerita ini pada group Facebook Dayak Community dan di bagikan ke Blog ini, Selamat Menikmati
Saudara-saudara ku
sebangsa (Dayak) dan setanah air (Borneo), mohon ijin mau bernostalgia; Pada tahun 1980, saya diperbantukan oleh PT.HALISA Pontianak di PT.KLI (Kayu Lapis
Indonesia) yg saat itu berkantor di Bangkok Bank Building, Jl.MH.Thamrin
JAKPUS sbg tenaga surveyor, kemudian PT.KLI menugaskan saya bersama
2 (dua) orang surveyor dari Malaysia utk melakukan survay di HPH
PT.Henrison Iriana di daerah Kecamatan BINTUNI, Irian Jaya (Bintuni sekarang sdh
menjadi kabupaten). Setelah flight survay selama seminggu kami pun
berangkat ke Bintuni, dengan pesawat perintis via Manokwari untuk melakukan
ground survay, diperkirakan ground survay tersebut akan dilaksanakan selama 3 bulan.
Setelah melakukan persiapan secukupnya, kami masuk rimba (hutan perawan)
dengan membawa orang lokal (Papua) sebanyak 35 orang sebagai tenaga panggul
logistik untuk 3 bulan didalam hutan, tenda dan peralatan survay. Selain orang
lokal tersebut kami juga ditemani aparat Koramil dan Polsek masing-masing 2 (dua)
orang. Hari pertama kami lalui dengan kebersamaan sampai sore, pasang tenda,
masak memasak, kami dikelilingi hanya dalam jarak beberapa meter saja oleh
puluhan ekor rusa, sehingga teman koramil kami dengan gampang menembak
seekor rusa muda untuk santap malam. Rupanya mereka belum pernah melihat manusia
sehingga kami menjadi tontonan menarik bagi mereka, setiap hari begitu sehinga
daging rusa menjadi menu tetap. Setelah makan malam, kami ngobrol dan
saling memperkenalkan diri masing-masing. Keesokan harinya saya merasa suasana
menjadi lain, kalau kemarin sampai dengan tadi mlm teman-teman Papua sangat ceria dan
banyak canda tapi hari kedua ini mereka menjadi pendiam, serius dan cenderung
menjauh atau menghindar dari saya, mrk curi-curi pandang memperhatikan saya dan
hal ini sungguh-sungguh membuat saya tidak nyaman, salah tingkah, saya juga lasung
mengambil sikap waspada, saya kira mungkin mereka anggota OPM dan
merencanakan berbuat sesuatu yang buruk terhadap diri kami, kalau kemarinnya
saya yang berjalan paling depan untuk membuat rintisan taip pada hari kedua saya
minta digantikan oleh teman Malaysia yang berjalan didepan sementara saya
sendiri pada posisi paling belakang bersama teman-teman aparat, mereka saya warning
untuk waspada. Setelah malam tiba dan setelah makan malam, untuk menghilangkan rasa
panasaran berdasarkan paham yang saya yakini, LEBIH BAIK BERAKHIR DGN
KENGERIAN TANPA AKHIR, saya menanyakan langsung kepada teman-teman Papua, kenapa hari
ini mereka bersikap lain terhadap diri saya. Jawaban mereka membuat saya terperangah,
ternyata mereka dapat cerita turun-temurun dari orang tua mereka bahwa dulu,
Belanda setelah beberapa kali gagal menaklukan Papua karena mendapat perlawanan
sengit dari orang Papua, tapi akhirnya Belanda berhasil menaklukan Papua
hanya dengan 1(satu) pleton tentara Dayak, bukan main. Menurut teman-teman Papua
ini, mereka mendapa cerita bahwa dulu itu org Papua sangat takut apabila
berhadapan degan Tentara Dayak, karena orang Dayak sangat garang, beringas dalam
perang, kejam, setelah membunuh, orang Dayak menghirup darah, membelah
dada dan memakan hati serta memenggal kepala musuhnya dan kepala-kepala tsb
dibawa pulang ke Tangsi/Markas Tentara Dayak. Saya menjelaskan kepada teman-teman
Papua bahwa orang Dayak garang, beringas dan kejam hanya pada saat perang tapi
dalam masa damai orang Dayak sangat familier, kekeluargaan, banyak senyum
dan gampang tertawa, suka menyapa orang dan suka berbagi apabila dapat
binatang buruan, pokoknya siapa saja yang ada ditempat itu walau hanya
kebetulan lewat akan mendapatkan bagian. Saya juga menjelaskan bahwa
keseharian orang Dayak hidup rukun, tidak ada orang yang bersuara nyaring, tidak
ada orang yang berbicara kasar, jorok/porno, sedangkan kakak adik atau suami
isteri bertengkar kalau sempat piring mangkuk atau gelas pecah atau
sempat merusak barang maka seisi rumah tersebut dihukum adat (hukum
ngarumaya'), hukum adat diberlakukan sangat ketat. Setelah mendengar
penjelasan saya akhirnya suasana mencair dan teman-teman Papua menyadari bahwa
itu cerita masa lalu. Benar tidaknya kisah penaklukan Papua oleh Tentara
Dayak masih harus diuji secara ilmiah dengan melakukan riset pustaka
dinegeri Belanda. Sebelum ada data ilmiah yg akurat saya percaya saja dulu
dengan cerita teman-teman Papua ini, dan itu membuat saya sebagai orang Dayak merasa
bangga. Itu ceritaku, ceritamu?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar