Kamis, 29 Maret 2012

Kisah Pak Piet Pagau di Tanah Papua

Kisah ini diambil dari pengalaman hidup Pak Piet Pagau, beliau menuliskan cerita ini pada group Facebook Dayak Community dan di bagikan ke Blog ini, Selamat Menikmati
Saudara-saudara ku sebangsa (Dayak) dan setanah air (Borneo), mohon ijin mau bernostalgia; Pada tahun 1980, saya diperbantukan oleh PT.HALISA Pontianak di PT.KLI (Kayu Lapis Indonesia) yg saat itu berkantor di Bangkok Bank Building, Jl.MH.Thamrin JAKPUS sbg tenaga surveyor, kemudian PT.KLI menugaskan saya bersama 2 (dua) orang surveyor dari Malaysia utk melakukan survay di HPH PT.Henrison Iriana di daerah Kecamatan BINTUNI, Irian Jaya (Bintuni sekarang sdh menjadi kabupaten). Setelah flight survay selama seminggu kami pun berangkat ke Bintuni, dengan pesawat perintis via Manokwari untuk melakukan ground survay, diperkirakan ground survay tersebut akan dilaksanakan selama 3 bulan. Setelah melakukan persiapan secukupnya, kami masuk rimba (hutan perawan) dengan membawa orang lokal (Papua) sebanyak 35 orang sebagai tenaga panggul logistik untuk 3 bulan didalam hutan, tenda dan peralatan survay. Selain orang lokal tersebut kami juga ditemani aparat Koramil dan Polsek masing-masing 2 (dua) orang. Hari pertama kami lalui dengan kebersamaan sampai sore, pasang tenda, masak memasak, kami dikelilingi hanya dalam jarak beberapa meter saja oleh puluhan ekor rusa, sehingga teman koramil kami dengan gampang menembak seekor rusa muda untuk santap malam. Rupanya mereka belum pernah melihat manusia sehingga kami menjadi tontonan menarik bagi mereka, setiap hari begitu sehinga daging rusa menjadi menu tetap. Setelah makan malam, kami ngobrol dan saling memperkenalkan diri masing-masing. Keesokan harinya saya merasa suasana menjadi lain, kalau kemarin sampai dengan tadi mlm teman-teman Papua sangat ceria dan banyak canda tapi hari kedua ini mereka menjadi pendiam, serius dan cenderung menjauh atau menghindar dari saya, mrk curi-curi pandang memperhatikan saya dan hal ini sungguh-sungguh membuat saya tidak nyaman, salah tingkah, saya juga lasung mengambil sikap waspada, saya kira mungkin mereka anggota OPM dan merencanakan berbuat sesuatu yang buruk terhadap diri kami, kalau kemarinnya saya yang berjalan paling depan untuk membuat rintisan taip pada hari kedua saya minta digantikan oleh teman Malaysia yang berjalan didepan sementara saya sendiri pada posisi paling belakang bersama teman-teman aparat, mereka saya warning untuk waspada. Setelah malam tiba dan setelah makan malam, untuk menghilangkan rasa panasaran berdasarkan paham yang saya yakini, LEBIH BAIK BERAKHIR DGN KENGERIAN TANPA AKHIR, saya menanyakan langsung kepada teman-teman Papua, kenapa hari ini mereka bersikap lain terhadap diri saya. Jawaban mereka membuat saya terperangah, ternyata mereka dapat cerita turun-temurun dari orang tua mereka bahwa dulu, Belanda setelah beberapa kali gagal menaklukan Papua karena mendapat perlawanan sengit dari orang Papua, tapi akhirnya Belanda berhasil menaklukan Papua hanya dengan 1(satu) pleton tentara Dayak, bukan main. Menurut teman-teman Papua ini, mereka mendapa cerita bahwa dulu itu org Papua sangat takut apabila berhadapan degan Tentara Dayak, karena orang Dayak sangat garang, beringas dalam perang, kejam, setelah membunuh, orang Dayak menghirup darah, membelah dada dan memakan hati serta memenggal kepala musuhnya dan kepala-kepala tsb dibawa pulang ke Tangsi/Markas Tentara Dayak. Saya menjelaskan kepada teman-teman Papua bahwa orang Dayak garang, beringas dan kejam hanya pada saat perang tapi dalam masa damai orang Dayak sangat familier, kekeluargaan, banyak senyum dan gampang tertawa, suka menyapa orang dan suka berbagi apabila dapat binatang buruan, pokoknya siapa saja yang ada ditempat itu walau hanya kebetulan lewat akan mendapatkan bagian. Saya juga menjelaskan bahwa keseharian orang Dayak hidup rukun, tidak ada orang yang bersuara nyaring, tidak ada orang yang berbicara kasar, jorok/porno, sedangkan kakak adik atau suami isteri bertengkar kalau sempat piring mangkuk atau gelas pecah atau sempat merusak barang maka seisi rumah tersebut dihukum adat (hukum ngarumaya'), hukum adat diberlakukan sangat ketat. Setelah mendengar penjelasan saya akhirnya suasana mencair dan teman-teman Papua menyadari bahwa itu cerita masa lalu. Benar tidaknya kisah penaklukan Papua oleh Tentara Dayak masih harus diuji secara ilmiah dengan melakukan riset pustaka dinegeri Belanda. Sebelum ada data ilmiah yg akurat saya percaya saja dulu dengan cerita teman-teman Papua ini, dan itu membuat saya sebagai orang Dayak merasa bangga. Itu ceritaku, ceritamu?.

Tidak ada komentar: