Rabu, 07 Januari 2009

Selamatkan Borneo

Penyebab dari penggundulan hutan di Borneo tidaklah kompleks; namun solusinya yang rumit. Setelah penggundulan besar-besaran di daerah dataran rendah dan impor jutaan orang melalui program transmigrasi yang dilaksanakan dengan buruk, ada beberapa pilihan ekonomi di kebanyakan Borneo. Kehilangan pekerjaan di sektor kehutanan, banyak penduduk yang harus menghadapi dan memilih untuk menyerahkan sisa hutan yang ada untuk kelapa sawit atau melanjutkan dengan hidup ala kadarnya. Perkebunan kelapa sawit tentu saja menawarkan potensi ekonomi, terutama bila ditanam di
lahan yang sudah gundul atau terdegradasi, namun tetap masuk akal juga bila mendirikannya di daerah hutan alami yang mulai langka. Penjaga keamanan sosial dibutuhkan untuk memastikan tak ada penganiayaan tenaga kerja dan rencana bagi hasil. The Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah salah satu inisiatif yang berusaha menciptakan produksi minyak kelapa yang adil dan berkelanjutan.

Konservasi juga merupakan prioritas penting di Borneo, terutama di daerah-daerah dengan keanekaragaman hayati yang selama ini telah berhasil selamat dari kebakaran dan penebangan hutan secara intensif. Inisiatif "Jantung Borneo" akhir-akhir ini adalah contoh yang sangat baik dari apa yang bisa dilakukan. Bagaimanapun, sangat penting bila nantinya daerah lindung ini telah didirikan, mereka dirawat. Sejarah yang ada dari 'daerah-daerah lindung' di Kalimantan -- dimana persentase besar dari daerah yang seharusnya dilindungi justru ditebang dan dibagi-bagikan untuk pembangunan -- adalah menyedihkan, namun sekarang saatnya untuk bergerak lebih jauh dari itu dan merencanakan masa depan dimana daerah konservasi benar-benar dilindungi dan penggunaan berkelanjutan dari daerah penyangga dimaksimalkan.

Selain menyiapkan daerah-daerah untuk dilindungi, sangat penting juga untuk mereboisasi hutan. Penggunaan spesies pohon asli seharusnya didukung melalui komisi dan program edukasi. Walau usaha ini bisa membutuhkan banyak dana, terutama di daerah yang telah sangat terdegradasi, penelitian dalam meningkatkan teknik penghijauan kembali bisa menguranginya, terutama dengan bantuan dari pemerintah negara-negara lain, LSM-LSM dan yayasan swasta. Lebih lanjut lagi, ada kemungkinan kuat bahwa di bawah persetujuan iklim nantinya, reboisasi hutan ini bisa memberikan keuntungan ekonomi langsung serta juga menstimulisasi ekonomi lokal dan memunculkan kesempatan berwiraswasta tingkat desa.

Penting untuk diketahui, bahwa beban dalam melindungi dan mereboisasi hutan di Indonesia tak seharusnya berada di pundak Indonesia sendiri. Kebanyakan dari penebangan hutan yang telah menggundulkan lanskap Kalimantan ini adalah akibat dari tingginya permintaan Barat di sebuah lingkungan dimana suatu pemerintahan yg lemah dan korup menujukkan bahwa bangsa Indonesia tidak memiliki pengawasan yang kuat terhadap sumber daya nasional yg ada. Indonesia saat ini adalah negara demokrasi -- kebanyakan warga Indonesia tidak ada hubungannya dengan barang-barang rampasan ini dan tak bisa dianggap bertanggungjawab atas tindakan-tindakan pemerintahan klepto pada masa lalu. Indonesia, dimana lebih dari 80 juta dari 246 juta penduduknya hidup dengan kurang dari 1 USD per hari, masih harus bergelut dengan berbagai cara untuk menyediakan pelayanan dasar pada rakyatnya, termasuk pelayanan kesehatan, edukasi, dan infrastruktur dasar, finansial maupun fisik.

Malaysia, yang berbagi Borneo, seharusnya mengambil langkah awal dalam usaha-usaha tersebut. Dengan ekonomi yang kuat, dipadukan dengan kekayaan nasional dan pemerintahan sentral yang kuat, Malaysia memiliki beberapa alasan untuk tidak merajalela dalam penggundulan hutan dan mempromosikannya dengan berkelanjutan di dalam negaranya. Di luar wilayahnya, Malaysia seharusnya mengambil inisiatif untuk menghukum perusahaan-perusahaan yang bersalah dalam tuduhan menyulut kebakaran untuk kepentingan membuka hutan di Kalimantan. Ini saatnya bagi pihak-pihak tersebut untuk dimintai tanggungjawab atas aksi mereka -- lebih dari sekedar hukuman atau denda ringan.

Pendidikan
Upaya di dua bidang ini adalah kunci untuk meningkatkan taraf hidup di Borneo -- terutama Kalimantan: pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dasar dapat melakukan banyak hal di daerah dimana banyak anak berusia 13 tahun tidak bersekolah. Kurikulum seharusnya mencakup beberapa informasi fundamental tentang lingkungan sekitar dengan penekanan pada pentingnya pelayanan ekosistem yang telah disediakan oleh hutan. Pendidikan juga penting bagi penduduk umumnya. Mengetahui kerugian yang diderita akibat penurunan kualitas lingkungan hidup dikombinasikan dengan belajar teknik pertanian dan kesempatan di bidang ekonomi yang disediakan oleh beberapa tanaman tertentu bisa sangat bermanfaat bagi penduduk pedesaan.

Kesehatan
Di daerah-daerah terpencil di Kalimantan, pelayanan kesehatan amat menyedihkan. Tanpa kepastian pelayanan kesehatan yang memadai, orang-orang tidak dapat produktif, merencanakan untuk jangka panjang, atau bahkan memberi makan keluarganya. Salah satu organisasi inovatif yang bekerja dalam kerangka masalah kesehatan di Kalimantan adalah Health In Harmony. Bekerjasama dengan pemerintah lokal dan masyarakat setempat, program ini sedang mengembangkan fasilitas medis untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas baik namun berbiaya rendah bagi masyarakat miskin; program pelatihan lingkungan dan medis bagi penduduk lokal untuk membantu meningkatkan kemapanan; dan program pengembangan masyarakat ramah lingkungan.


MASA DEPAN BORNEO

Ramalan mengenai luasnya hutan oleh World Bank dan United Nations Environment Programme cukup mengecilkan hati. Proyeksi ini tak harus menjadi kenyataan. "Jantung Borneo" adalah langkah maju menuju masa depan dimana Borneo memiliki kembali hutan-hutannya dan keanekaragaman hayatinya, namun masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan kesehatan ekologis jangka panjang dari penghuni dan hutan pulau ini.

Tidak ada komentar: